Pengertian Akhlakul Karimah
Akhlakul
Karimah adalah Akhlak yang baik dan terpuji yaitu suatu aturan atau
norma yang mengatur hubungan antar sesama manusia dengan tuhan dan alam
semesta.
Pengertian akhlakul karimah
lainnya adalah akhlak yang terpuji baik yang langsung terhadap Allah
dengan melaksanakan ibadah yang wajib maupun yang sunah, dan
melaksanakan hubungan yang baik terhadap sesama manusia yang meliputi
antara lain :
- Husnudzhan hablumminallah wahablumminannas ( Hubungan Baik Kepada Alloh Dan Hubungan Baik Sesama Manusia )
- Qana’ah yaitu menerima segala pemberian Allah SWT.
- Ikhlas yaitu melaksanak sesuatu perbuatan yang baik hanya karena Alllah SWT.
- Sabar yaitu menerima pemberian dari Allah baik berupa nikmat maupun berupa cobaan.
- Istiqomah yaitu teguh pendirian terhadap keyakinannya.
- Tasammuh yaiitu memiliki sifat tenggang rasa, lapang dada, dan memiliki sifat toleransi.
- Ikhtiar yaitu berusaha atau kerja keras untuk mencapai tujuan.
- Berdoa yaitu memohon kepada Allah.
Baca Juga Kajian Penting Tentang : Rukun Sholat : Pengertian, Syarat, Manfaat Dan Makna Sholat
Jenis Jenis Akhlaq
Ditinjau dari bentuknya akhlaq terbagi menjadi 3 :
- Akhlaq Jawarih (anggota badan atau aktifitas fisik)
- Akhlaq Lisan (ucapan atau perkataan)
- Akhlaq Qalbu (sifat atau sikap hati)
Ditinjau dari sifatnya, akhlaq terbagi menjadi :
- Al-Akhlaq al-Karimah (mulia) atau disebut juga al-Mahmudah (terpuji)
- Al-Akhlaq al-Sayyi’ah (buruk) atau disebut juga al-Mazmumah (tercela)
Akhlaq
dalam tinjauan sifatnya, keduanya diterangkan dalam Al-Qur’an dan
Al-Sunnah, yang terpuji untuk diwujudkan dan yang tercela untuk
dihindarkan. Hal lain yang membedakan akhlaq dengan budi pekerti adalah
menurut islam, orang yang jahat pun dapat disebut berakhlaq namun
tercela, seperti pelaku kebaikan disebut sebagai berakhlaq terpuji,
sementara budi pekerti hanya bias diarahkan kepada orang yang berprilaku
bauk semata.
Dalam tinjauan obyeknya dimana akhlaq pada dasarnya mengatur hubungan, maka akhlaq dapat juga dibagi menjadi :
- Akhlaq manusia terhadap dirinya , dimana
setiap orang berkewajiban memelihara dirinya secara fitrah, memenuhi
haknya, secara islam orang yang membiarkan dirinya menderita apalagi
sampai bunuh di kategorikan berdosa dan bahkan murtad.
- Akhlaq manusia terhadap Allah, dimana
dia sebagai makhluknya yang diciptakan hanya untuk menghamba kepadanya
(beribadah) sehingga dia tidak beribadah maka akhlaqnya dengan Allah itu
buruk.
- Akhlaq manusia terhadap sesame manusia, dimana
satu sama lain saling bergantung, karenanya manusia dengan sesamanya
wajib saling membantu/ tolong-menolong dalam kebajikan, serta saling
menjaga jiwa, kehormatan, serta harta bendanya.
- Akhlaq manusia terhadap makhluk lainnya, baik dengan jin, malaikat, binatang, tumbuhan, dan lain sebagainya, ada batasannya untuk mengatur hubungan antar sesamanya itu.
Contoh Akhlakul Karimah Terhadap Diri Sendiri
- Berpandangan Masa Depan artinya
begitu kita selesai berurusan dengan dunia dan dengan segala tanggung
jawab kita di dalamnya, hendaknya kita bersiap-siap untuk mencari
pengetahuan langsung tentang Realitas Ilahi. ( QS. Al-Hasyr (59) ayat 18 ) ( QS. Al-insyiroh (94) ayat 7 ) ( QS. Al-Kahfi (18) ayat 110 ) ( QS. An-Nahl (16) ayat 97 ).
- Bersikap atau Berfikir Positif ( QS. Al-Isra (17) ayat 36 ) ( Al-Insyiroh (94) ayat 5 dan 6 ) ( QS. Al-Baqarah (2) ayat 269 ).
- Merendahkan Diri dan Tidak Sombong ( QS. Al-Isra (17) ayat 37 ) ( QS. Luqman (31) ayat 18 ) ( QS. Al- Hadid (57) ayat 23 ) ( QS. Al-a’raf (7) ayat 40-42 ).
- Memelihara Kesehatan Mental Artinya Selalu Sadar Bahwa Semua Yang Terjadi Dengan Diri Adalah Ketentuan Alloh SWT. (
QS. Al-Imran (3) ayat 112 ) ( QS. Al-Imran (3) ayat 145 ) ( QS.
Al-Imran (3) ayat 173 ) ( QS. Ar-Ro’ad (13) ayat 28 ) ( QS. Al-Ma’rij
(70) ayat 19-24 ).
- Memelihara Kebersihan ( QS.
Muddatsir (74) ayat 4-5 ) ( QS. Al-Baqarah (2) ayat 125 ) ( QS.
Al-Imran (3) ayat 141 ) ( QS. Al-Lail (92) ayat 18 ) ( QS. Thaahaa (20)
ayat 76 ) ( QS. Al-A-laa (87) ayat 14 ).
- Mencintai Ilmu dan Semangat Belajar ( QS. Al-Alaq (96) ayat 1-5 ) ( QS. Mujadilah (58) ayat 11 ) ( QS. At-Taubah (9) ayat 122 ) ( QS. Az-zumar (39) ayat 9 )
- Bersikap Malu pada Tempatnya ( QS. Al-Qashash (28) ayat 25 ) ( QS. Al-Imran (3) ayat 139 ) ( QS. Fushilat (41) ayat 30-32 )
- As-Syajaah atau Keberanian ( QS. Al-Imran (3) ayat 139 )
Contoh Akhlakul Karimah Terhadap LINGKUNGAN
- Sikap Terpuji Terhadap Lingkungan Alam (Q.S. Al-Jaatsiyah, 45-12-13) (Q.S. Ar-Ruh, 30:41).
- Sikap
Terpuji Terhadap Binatang (Hewan) : Rasulullah SAW bersabda Yang
Artinya : “Orang-orang yang penyayang itu, Allah Yang Maha Penyayang
akan menyayangi mereka. Allah SWT berfirman : Maka sayangilah
makhluk-makhluk yang ada di bumi, pasti makhluk yang ada di langit (para
malaikat) menyayangi kalian.” (H.R. Imam Ahmad).
- Sikap Terpuji Terhadap Tumbuh-tumbuhan : Artinya : “Dan Allah telah merataka bumi untuk makhluk-Nya. Di bumi itu ada buah-buahan dan pohon kurma, yang mempunyai kelopak mayang dan biji-bijian yang berkulit dan bunga-bunga yang harum baunya. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” (Q.S. Arrahman, 55: 10-13) ( Surat Al-Baqarah, 2: 22 ) (Q.S. Huud 11:61) (Q.S. Ar-Ruh, 30:41).
Contoh Akhlakul Karimah di sekolah
- Bermain Dan Makan Bersama Sama.
- Datang Ke Sekolah Tepat Pada Waktunya.
- Selalu Mengikuti Perintah Gurunya.
Dalil Tentang Akhlakul Karimah
Allah SWT berfirman:
خُذِ ٱلعَفوَ وَأمُر بِٱلعُرفِ وَأَعرِضعَنِ ٱلجَٰهِلِينَ
“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma´ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.” (QS. Al-A’raf: 199).
Ayat
ini singkat namun padat dan mengandung arti yang begitu luas, dengan
kalimatnya yang singkat ia sudah mencakup seluruh aspek akhlaqul
karimah. Ayat ini memerintahkan kita kepada tiga hal:
Kata خذ العفو (maafkanlah)
memerintahkan kita untuk memaafkan orang yang bersalah, menyambung tali
silaturrahmi kepada saudara yang mememutuskannya, memperbaiki hubungan
dengan orang lain, memaafkan orang yang menyakiti kita dan lain
sebagainya. Kalimat ini mengandung segala bentuk memaafkan dan bersabar
terhadap orang lain.
Kata وَأمُر بِٱلعُرفِ (suruhlah orang mengerjakan yang ma´ruf (baik).) mengandung perintah untuk menyeru kepada segala hal yang dianggap baik dalam syariat, baik berupa perkataan maupun perbuatan.
Kata وَأَعرِض عَنِ ٱلجَٰهِلِينَ (berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh)
mengandung perintah untuk bersabar dan berpaling dari orang-orang bodoh
serta memuliakan diri dengan tidak berdebat dengan mereka. Seorang
penyair arab berkata:
إذا تكلم السفيه فلا تجبه فخير من إجابته السكوت
سكت عن السفيه فظن أني عييت عن الجواب وما عييت
Jika orang bodoh berbicara maka janganlah engkau menjawabnya,
Diam itu lebih baik daripada menjawabnya,
Saya bersikap diam terhadap seseorang yang bodoh,
Maka dia mengira aku tak bisa menjawabnya padahal aku bukan tak bisa menjawabnya.
Sebagian
ulama berkata, “ayat ini mengandung kaedah-kaedah syariat, tak satupun
kebaikan dalam syariat kecuali telah dikandungnya, atau keutamaan akhlaq
kecuali telah dijelaskannya. Dalam ayat ini Allah SWT memerintahkan
Nabinya SAW dengan tiga hal yang semuanya adalah pokok-pokok umum
syariat tentang akhlaq seseorang dan etika dalam bersikap.”
Al-Alusi
berkata, “lebih dari satu ulama menyebutkan bahwasanya tidak ada di
Al-Qur’an ayat yang lebih mencakup Akhlaq-akhlq mulia daripada ayat ini,
yang initinya –sebagaimana yang mereka katakan- adalah bergaul dengan
orang lain dengan baik, mencurahkan sedikit yang kita miliki demi
berbuat baik kepada mereka, bersabar terhadap kesalahan-kesalahan
mereka.” (Ruhul Ma’aniy, karya Al-Alusi 5/137)
Syaikh As-Sa’diy rahimahullah
berkata, “ini adalah ayat yang bermakna luas tentang berakhlaq baik
dengan orang lain, dan apa saja yang harus kita lakukan dalam
bersosialisasi dengan mereka.” (Tafsir As-Sa’diy Hal. 313)
Ayat ini juga sesuai dengan sabda Rasulullah SAW:
“Sebaik-baik kalian adalah yang paling mulia akhlaknya” (HR Bukhari dan Muslim)
Dalam hadits lain beliau bersabda:
“Sesungguhnya
yang paling aku cintai di antara kalian dan yang paling dekat tempat
tinggalnya denganku pada hari kiamat adalah yang paling mulia akhlaknya” (HR. Tirmidzi, shahih)
Keutamaan berakhlaq mulia semakin jelas dalam sabdanya yang berbunyi:
“Tidak ada sesuatu pun yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin pada hari kiamat daripada akhlak yang mulia” (HR. Tirmidzi, shahih)
Firman Allâh Azza wa Jalla tatkala memuji Nabi-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ
Sesungguhnya engkau (wahai Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang luhur [al-Qalam/ : 4]
Juga sabda Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
Pergaulilah manusia dengan akhlak mulia [HR. at-Tirmidzi no. 1987 dari Abu Dzar, dan beliau menilai hadits ini hasan shahih]
Dan Masih Banyak Lagi Yang Lainnya.
وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ
Sesungguhnya engkau (wahai Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang luhur [al-Qalam/ : 4]
Juga sabda Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
Pergaulilah manusia dengan akhlak mulia [HR. at-Tirmidzi no. 1987 dari Abu Dzar, dan beliau menilai hadits ini hasan shahih]
Dan Masih Banyak Lagi Yang Lainnya.
Ciri Ciri Akhlakul Karimah
Selalu Bersikap Baik Dan Ramah Terhadap Sesama Mahkluk Alloh. ( Manusia, Hewan, Tumbuhan Dan Yang Lainnya ).
Rajin Menuntu Ilmu, Terutama Ilmu Agama Islam yang Rahmatan Lil Alamin. Artinya: “Barang siapa melewati jalan dimana ia menuntut ilmu pada jalan itu, niscaya Allah memudahkan kepadanya jalan menuju surga.” (H.R. Muslim)
Rela Berkorban Dan Ikhlas Menerima Ketentuan Alloh. (Q.S. Ar-Ra’d, 13:11)
Berinisiatif : Allah berfirman:
Artinya : “Allah
akan meninggikan orang-orang beriman diantaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Mujaadilah, 58:1 )
Akhlakul Karimah; Wujud Nyata Kualitas Keberagamaan Manusia
Akhlak
adalah sesuatu yang menggerakkan jiwa dan hati seseorang untuk berbuat
dan berperilaku dengan kesadaran penuh tanpa adanya rekayasa maupun
dorongan dari pihak manapun. Sepenggal kalimat itulah yang disampaikan
KH Imam Taufiq ketika mengisi pengajian rutinan yang diselenggarakan di
MAJT (Masjid Agung Jawa Tengah), Semarang, Ahad (4/11).
Kajian
kali ini membahas tentang urgensi akhlak relevan dengan kondisi negara
Indonesia maupun umat Islam dalam menghadapi problematika yang tak
kunjung ada habisnya. Peran akhlak di sini sangat penting untuk menjaga
silaturahim dengan tujuan meminimalisir tersebarnya fitnah yang kian
merajalela.
“Selain
itu, banyaknya berita hoaks yang tersebar, apabila tidak disikapi
dengan bijak, akan memberikan dampak tidak baik,” ungkapnya.
Pentingnya
akhlakul karimah dalam diri seseorang menjadi bukti bahwa Islam sangat
menjunjung tinggi kebaikan umatnya agar senantiasa berperilaku dan
bertindak sesuai syariat. “Allah SWT mengutus Nabi Muhammad SAW turun ke
bumi tak lain untuk menyempurnakan akhlak umatnya,” tegasnya.
Akhlak
menjadi cita-cita Nabi ketika beliau diturunkan pertama kali dari
langit. “Mengingat kembali pada saat Nabi lahir zaman tersebut dinamakan
dengan zaman jahiliyah. Disebut demikian karena mayoritas umat pada
saat itu kualitas akhlaknya sangat rendah,” urainya.
Salah
satu contohnya tentang kasus anak perempuan yang lahir harus dibunuh
dengan alasan akan mempermalukan. “Padahal di sisi lain ketika sudah
beranjak dewasa, justru menjadi hal yang diperebutkan untuk dijadikan
istri atau budak,” terangnya. Tidak ada lagi unsur memanusiakan manusia.
Kondisi saat itu sangat parah hingga diutuslah Nabi Muhammad untuk
memulihkan ke jalan yang benar, lanjutnya.
“Akhlak
itu bersifat spontan, datang secara tiba-tiba dan sudah tersirat di
dalam hati tanpa ada pemikiran sebelumnya,” jelasnya. Akhlak menjadi
karakteristik bagi seseorang. Bagaimana ia berbuat, demikianlah akhlak
yang dimiliki, lanjut Pengasuh Pondok Pesantren Darul Falah Besongo ini.
Paparan
yang disajikan kali ini menjadi tuntutan bagi seseorang agar mulai
terbiasa menerapkan akhlak sebagai sesuatu yang melekat. “Menjadikannya
sebagai bagian intirn dengan cara meneguhkan iman dan memegang teguh
nilai tauhid secara murni tanpa ada perkara yang menjadikan kita
meragukan Allah, seperti halnya takut pada masalah harta atau jabatan,”
ungkapnya.
Orang
yang memegang teguh nilai tauhid berarti menjadikan Allah sebagai
sumber kasih dan sayang. “Sifat rahman dan rahim Allah inilah yang harus
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dan ditanamkan sebagai salah
satu ciri akhlakul karimah,” pungkas guru besar ilmu tafsir yang sering
disapa Abah Imam oleh para santrinya mengakhiri kajian.
Jamaah
dari berbagai tempat terlihat memenuhi area MAJT untuk mendengarkan
siraman rohani yang sebelumnya diisi dengan kegiatan berjanjenan
terlebih dahulu. (Rizal/Ziya/Ibnu Nawawi).
Dikutip dari berbagai sumber.