IQ bukan segala-galanya
Hari/Tanggal : Senin, 20 September 2021
Jam
ke- 1 & ke-2 kelas
: IX. F.E.
Assalamu'alaikum wr.wb
Subhanalloh, ananda sholeh dan sholehah
bagaimana kabarnya hari ini?
Barang siapa mengenali dirinya sendir
maka sesungguhnya dia telah mengenali Robbnya. Artinya semakin kita mengenali
potensi diri kita maka kita akan sangat mudah mengimani siapa pencipta kita apa
tugas dan maksud keberadaan kita di hidupkan oleh Alloh Robbulalamin
ke alam dunia yang fana ini.
Sementara Alloh SWT, telah banyak
memberi kita nikmat antara lain badan yang sehat, lingkungan pendidikan
yang kondusif untuk kita mengenali dan mengembangkan potensi diri sesuai dengan
perintah Alloh in-syaAlloh pada kesempatan bimbingan ini kita akan mengenal apa
itu IQ,EQ dan SQ semoga dengan terus mengembangkan potensi yang ada pada diri
kita dapat lebih bermanfaat untuk orang lain. Aamiin ya robbalalamiin.
Semoga dengan terus mengasah ilmu
pengetahuan dan keimanan akan menghantarkan peserta didik kepada
ketaatan kepada Alloh menjadikan kita semua hamba yang sukses dalam kehidupan
dunia apalagi kehidupan akhirat yang selama-lamanya.
Wassalamualaikum wr.wb.
In-syaAlloh
1. Materi
/Topik Bahasan : IQ bukan segala-galanya.
2. Bidang
Bimbingan : Pribadi.
3. Jenis
Layanan : Informasi
4. Tujuan
Layanan : Agar siswa mampu mencapai kematangan
itelektual
5. Fungsi
Layanan : Pemahaman
6. Sasaran
Layanan/Semester : Kelas IX/ Ganjil
7. Tempat
Penyelenggaraan : Ruang Kelas
IQ BUKAN SEGALA – GALANYA
HAKEKAT INTELIGENSI
Inteligensi
berasal dari bahasa Latin intelligentia, yang berarti kekuatan akal
manusia. Sudah banyak sekali definisi yang dibuat para ahli mengenai
inteligensi. Orang awam seringkali mengartikan ini sebagai kecerdasan,
kepintaran, ataupun kemampuan untuk memecahkan problem yang dihadapi.
PENDAPAT PARA
PSIKOLOGI AHLI TENTANG
INTELIGENSI
Ahli-ahli
psikologi memusatkan perhatian pada masalah perilaku inteligensi itu sendiri
daripada membuat batasan apa yang dimaksud dengan inteligensi. Ini karena
ada anggapan bahwa inteligensi merupakan status mental yang tidak memerlukan
definisi, sedangkan perilaku inteligensi lebih konkrit batasan dan ciri-cirinya
sehingga lebih bermanfaat untuk dipelajari. Dengan mengidentifikasi
ciri-ciri dan indikator-indikator perilaku inteligensi maka dengan sendirinya
definisi inteligensi akan terkandung di dalamnya.
Seorang ahli
psikologi bernama Galton (pendekatan Psikofisik), menyatakan bahwa ada dua
karakteristik yang hanya dimiliki oleh orang-orang berinteligensi tinggi yang
membedakannya dari orang-orang yang berinteligensi rendah, yaitu energi/
kemampuan untuk bekerja dan kepekaan terhadap stimulus fisik.
Sementara
itu, Alfred Binet (1857 - 1911), tokoh utama perintis pengukuran inteligensi,
bersama Theodore Simon mendefinisikan inteligensi dengan tiga komponen, yaitu:
1.
kemampuan
untuk mengarahkan pikiran atau mengarahkan tindakan;
2.
kemampuan
untuk mengubah arah tindakan bila tindakan tersebut telah dilaksanakan.
3.
kemampuan
untuk mengkritik diri sendiri atau autocriticsm.
Pendapat L.M. Terman ditahun
1916 mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan seseorang untuk
berfikir abstrak. Goddard, tahun 1946 mendefinisikan inteligensi sebagai
tingkat kemampuan pengalaman seseorang untuk menyelesaikan masalah-masalah yang
langsung dihadapi dan untuk mengantisipasi masalah-masalah yang akan
datang. Edward Lee Thorndike (1874 - 1949), tokoh psikologi
fungsionalisme, mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan memberikan respon
yang baik dari pandangan kebenaran atau fakta.
Dalam
kapasitasnya manusia sebagai makhluk sosial, manusia tersebut haruslah memiliki
kemampuan untuk saling mengenal dan saling memahami antara satu dengan yang
lain. Dalam interaksi sosial yang sehat seperti ini merupakan hal yang tidak
mudah, melainkan memerlukan proses yang cukup panjang, lebih-lebih pada
individu yang belum memiliki kepribadian yang cukup matang. Karena dengan
kepribadian yang cukup matang biasanya individu tersebut memiliki daya
toleransi yang cukup tinggi terhadap kelemahan-kelemahan yang dimiliki orang
lain dalam berinteraksi sosial.
Dalam
kehidupan nyata sering terjadi seseorang yang memiliki tingkat IQ tinggi
(cerdas) pada masa sekolahnya selalu menduduki peringkat prestasi yang sangat
membanggakan tapi di kemudian hari ternyata termasuk golongan orang-orang yang
gagal. Gagal dalam arti bekerja apa adanya tidak sesuai dengan kemampuan
otaknya. Tidak sedikit diantara mereka yang bekerja di pabrik, kuli bangunan
atau bekerja kasar lainnya padahal mereka sebenarnya memiliki kecerdasan yang
memadai. Sebaliknya tidak sedikit dalam kehidupan nyata orang-orang yang
memililiki kecerdasan pas-pasan (IQ kategori rata-rata) ternyata sangat sukses
dalam hidupnya. Diantara mereka ada yang memiliki home industri, rental
mobil, bahkan tidak sedikit yang
memiliki perusahaan.
Berdasarkan suatu penelitian ternyata
orang-orang yang gagal walaupun memiliki IQ yang cukup tinggi dan orang-orang
yang berhasil walaupun tidak memiliki IQ yang tinggi dikarenakan ada faktor
yang menentukan di luar IQ tersebut. Faktor tersebut adalah apa yang sekarang
ini sedang populer yang disebut dengan Emotional Quotion (EQ) dan Spiritual
Quotion (SQ).
Emotional
Quotion (EQ) atau kecerdasan emosi baru dikenal secara luas
pada pertengahan tahun 1990 dengan diterbitkannya buku Darnel Goleman :
Emotional Intelligence. Goleman menjelaskan bahwa kecerdasan emosi adalah
kemampuan untuk mengenali perasaan kita sendiri dan kemampuan mengelola emosi
dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain.
Tiga langkah untuk mengembangkan EQ
(Emotional Quotion) adalah sebagai berikut:
- Membuka
hati : ini
adalah langkah pertama karena hati adalah simbol pusat emosi. Hati kitalah
yang merasa damai saat kita berbahagia, hati kita merasa tidak nyaman
ketika sakit, sedih, marah atau patah hati. Kita mulai dengan membebaskan
pusat perasaan kita dari impuls dan pengaruh yang membatasi kita untuk
menunjukkan cinta satu sama lain.
- Menjelajahi
dataran emosi :
sekali kita telah membuka hati, kita dapat melihat kenyataan dan menemukan
peran emosi dalam kehidupan. Kita dapat berlatih cara mengetahui apa yang
kita rasakan. Kita mengetahui emosi yang dialami orang lain. Singkatnya,
kita menjadi lebih baik dan bijak menanggapi perasaan kita dan perasaan
orang di sekitar kita.
- Mengambil
tanggung jawab :
untuk memperbaiki dan mengubah kerusakan hubungan, kita harus mengambil
tanggung jawab. Kita dapat membuka hati kita dan memahami peta dataran
emosional orang di sekitar kita.
Seseorang yang memiliki EQ yang baik
maka orang tersebut akan memiliki kemampuan untuk me manage (mengatur) emosinya
dengan baik. Emosi sering kita salah kaprah dalam mengartikannya, yaitu sebagai
luapan kemarahan. Emosi berbeda dengan luapan kemarahan. Luapan kemarahan
hanyalah merupakan salah satu bentuk
emosi. Emosi pada dasarnya adalah suatu kondisi kejiwaan seseorang
karena pengaruh dari luar. Pengaruh dari luar
atau rangsangan dari luar yang ditangkap oleh indera berbeda-beda sehingga
secara otomatis akan mengahasilkan emosi yang berbeda pula. Seseorang yang
menangis belum tentu karena sedih, tapi tidak menutup kemungkinan orang yang
karena bahagia sedemikian rupa menjadi terharu sehingga menangis. Seseorang yang tersinggung akan memunculkan emosi marah
dan lain-lain.
Kecerdasan
spiritual (SQ) adalah kecerdasan yang bertumpu pada bagian dalam diri kita yang
berhubungan dengan kearifan diluar ego atau jiwa sadar. Pandangan lain, bahwa
SQ adalah kecerdasan manusia yang digunakan untuk berhubungan dengan Tuhan.
Asumsinya adalah jika seseorang hubungan dengan Tuhannya baik maka bisa
dipastikan hubungan dengan sesama manusiapun akan baik pula.
Spiritual Quotion (SQ) adalah
kecerdasan spiritual penting sekali
karena berpengaruh pada sikap pemimpin itu pada dirinya sendiri dan orang lain.
Oleh karena itu, seorang pemimpin harus mampu melihat sesuatu di balik sebuah
kenyataan empirik sehingga ia mampu mencapai makna dan hakikat tentang manusia.
Dengan demikian, kemanusiaan manusia sungguh-sungguh dihargai.
Para peserta didik , khususnya pada
tingkat SMP (kelas 9) yang dalam psikologi masuk dalam fase remaja (13 – 16/22
tahun) dimana pada fase tersebut adalah fase panca roba, fase penuh gejolak,
fase yang labil dll maka pada usia ini perlu sekali ditanamkan kepribadian yang
memiliki kesadaran yang tinggi tentang penting berinteraksi sosial secara nyata
dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu bentuk nyata yang harus tertanam dalam
diri peserta didik adalah adanya rasa untuk saling menghargai, saling
menghormati, dapat mengelola emosi dengan baik, menghindari sikap yang
destruktif, dan sikap-sikap lain yang intinya akan terbentuk pribadi yang dapat
saling memahami antara individu satu dengan yang lain. Tidak kalah pentingnya,
kita harus menyadari bahwa keberhasilan dalam berinteraksi sosial juga
merupakan salah satu kunci sukses seseorang dalam meraih cita-cita.
Pada era sekarang ini
kecerdasan (IQ) bukanlah satu-satu faktor yang dapat mengantar manusia
kejenjang kesuksesan. Justru dalam kehidupan yang nyata, riil di lapangan
mereka yang sukses mencapai jenjang tertinggi dalam meraih cita-cita adalah
mereka yang memiliki Emotional Quotion (EQ) dan Spiritual Quotion (SQ) yang
baik. Banyak pemimpin negara yang berhasil memimpin negara dengan baik karena
adanya dukungan EQ dan SQ yang mereka miliki, selain IQ yang baik pula
tentunya. Sehubungan dengan hal tersebut di atas maka suatu hal yang kurang
tepat kalau kita yang hidup di era sekarang ini hanya mengandalkan kecerdasan
(IQ) semata dalam rangka mencapai kesuksesan maksimal.
Lembar
Kerja Siswa
1. Jelaskan apa yang di maksud dengan IQ,EQ dan SQ?
2. IQ, EQ dan SQ masing-masing perlu dikembangkan, bagaimana
kalian mengembangkannya?
3.
Apakah keberhasilan
seseorang hanya ditentukan oleh IQ saja? Jelaskan!
4.
Jelaskan SQ yang baik
itu yang bagaimana?
Assalamualaikum pak terimakasih atas tugasnya
BalasHapusAlfi 9E
Assalamualaikum pak terimakasih atas tugasnya
BalasHapusM Davie M 9E
Assalamualaikum pak terimakasih atas tugasnya
BalasHapusAbizar Yusuf A 9F
Assalamualaikum pak terimakasih atas tugasnya
BalasHapus-Yoga Ardiansyah 9E
assalamualaikum terimakasih pak
BalasHapuswijayanti 9e
Assalamu'alaikum Pak Terimakasih
BalasHapus-Avicena Putra Pradana 9F
Assalamu'alaikum Pak Terimakasih
BalasHapusRaihan Anandra 9F
Assalamualaikum trimakasih pak
BalasHapusNatasya 9E
Assalamualaikum trimakasih pak
BalasHapusRidho Tri Islando 9E
Assalamualaikum pak terimakasih atas tugas nya
BalasHapusIbanez revaliano 8E
assalamualaikum pak terimakasih
BalasHapus-Fadhila 9E
assalamualaikum pak terimakasih atas tugas nya
BalasHapusnabila ajeng azzahra 9F
Assalamualaikum pak terimakasih atas tugas nya, Rizky Dion 9F
BalasHapusassalamualaikum pak terimakasih atas tugasnya
BalasHapusMuhammad Dafa Setiawan 9A